Kecewa...
ya itu yang saya rasakan seusai saya membaca satu postingan di salah satu blog dengan judul "Jangan menikah dengan orang batak".

Awal membaca judul saya sudah bisa merasakan tendensi negatif yang akan ditoreh kan si penulis mengenai suku ku. Setelah membaca keseluruhan, firasat ku benar. Yang saya bisa rasakan sebagai pembaca, saya merasa si penulis mengungkapkannya saat lagi terguncang rasa emosi karena suatu pengalaman pahit yang pernah dirasakannya terkait suku ku. Dan yang semakin membuat hati ini perih ialah, ternyata si penulis bukan berasal dari suku lain, tetapi penulis adalah orang batak itu sendiri.

Haaa???? Mengapa???

Bukan hanya karena dia merasakan perlakuan buruk dari keluarganya yang batak dia bisa mengecam batak segitu buruknya. Apalagi sampai membuat tulisan dengan judul "Jangan Menikah dengan Orang Batak".

Dia tidak besar dan tumbuh di lingkungan suku Batak. Saya yakin itu. Kalau dia sedari kecil akrab dengan orang-orang Batak tulisan itu tak akan pernah terpublis.

Dia hanya mengungkapkan perlakuan Orang batak yang notabene masih bertalian keluarga dengannya di acara kematian ayahnya dan pernikahan adeknya yang perempuan. Ketidak mengertiaannya akan adat di Batak yang membuat dia begitu mengecap negatif kami (meski bukan saya yang disebutkan, tapi saya merasa ikut karena dia mengucapkan batak. saya batak, dan saya tersinggung dengan tulisannya).

Harusnya dia pelajari tata kedudukan perempuan di pernikahan batak. Harusnya dia mengerti siapa-siapa saja yang harus dilayaninya saat pernikahan batak berlangsung. Ya, mestinya dia pahami itu, baru dia berhak berbicara.

Kalau dia merasa tidak nyaman berada dikomunitas orang batak. itu masalahnya sendiri (dia yang tidak bisa menyesuaikan diri), bukan maslah di orang bataknya.

Saya bangga menjadi orang Batak.Memang kebanyakan keturunan suku Batak berwatak keras  ( dalam artian, jika sudah memiliki suatu prinsip maka akan berpegang dengan prinsip). Batak juga kaya akan adat. Dari lahir sampai meninggal pun dalam adat Batak akan diadakan Perayaannya. Dan disaat itu pula lah, orang batak menjalin persaudaraan (semacam ajang untuk berkumpul keluarga2 jauh, atau pun marga-marga yang berhubungan). Bahkan jika berdomisili di luar negeri sekalipun perpunguan (perkumpulan se-suku) itu tetap ada.

Perkataan orang Batak kebanyakan memang cenderung terkesan pedas. Itu dikarenakan sifat to do point kebanyakan masyarakat batak. Kita lebih suka bicara apa adanya, daripada menyimpan dalam hati, dan menyampaikannya dengan nada tegas. Orang yang tidak terbiasa bercengkrama dengan orang Batak kental, akan beranggapan kita itu kasar, tak tahu aturan dan lain sebagainya (seperti penulis blog itu (Batak dale : identitas batak tapi tidak mengerti batak) ).

Setiap individu dari suku apapun memiliki watak masing-masing. Pelabelan negatif karena melihat segelintir watak orang dari suatu suku dan men-judge suku itu buruk rasanya sangatlah tidak bijaksana.Sangat disayangkan, jika pengecapan batak itu buruk diucapkan oleh orang batak itu sendiri. Miris sekali melihat orang itu  (penulis blog itu). Bangga lah akan identitasmu. Engkau sendiri lah yang bisa membuat identitasmu itu baik atau buruk di hadapan khalayak. Jika kamu sendiri yang Batak mengecap Batak Buruk, entahlah...,aku tak dapat membayangkan apa tanggapan orang di luar Batak.

yang pasti, AKU BANGGA JADI ORANG BATAK (NO MATTER WHAT)

HORRASS!!!!

Related Post :